No pain no gain!” Merupakan motto yang paling sering dipakai sebagai motivasi banyak orang untuk mendapatkan sesuatu melalui proses yang sulit dan banyak pengorbanan. Salah satunya ketika Anda sedang menyemangati diri untuk melatih otot demi mendapatkan tubuh atletis. Namun, tak jarang rasa sakit setelah berlatih menjadi kendala. Rasa sakit setelah berlatih cenderung membuat Anda malas bangun pagi, melakukan rutinitas sehari-hari, atau bahkan membuat malas untuk berlatih lagi, bukan begitu?
Gerakan Apa yang Bikin Sakit?
Rasa sakit pada otot sebenarnya bisa disebabkan oleh berbagai macam tipe gerakan dan aktivitas. Tetapi, ada dua macam yang paling sering dianggap bertanggung jawab, yang pertama ialah aktivitas atau gerakan yang melawan gravitasi seperti lari menurun, menaik-turunkan barbell, push-up dan juga sit-up. Yang kedua, ialah aktivitas atau gerakan melawan kekuatan orang lain seperti gerakan menindih pada gulat dan blocking pada rugby.
Kedua gerakan tersebut sama-sama menghasilkan peregangan dimana serat pada otot-otot yang bersangkutan dipaksa untuk memanjang dan menahan. Aksi otot yang dibutuhkan untuk gerakan atau aktivitas ini dikenal dengan aksi eccentric atau aksi negatif (lawannya ialah aksi positif yang disebut concentric seperti gerakan mengangkat dan mendorong).
Sakit Otot
Tiga penjelasan yang menjelaskan penyebab rasa sakit pada otot antara lain ialah penumpukan asam laktat, kejang / kram otot dan kerusakan pada otot. Tetapi dari ketiganya, justru kerusakan pada otot-lah yang dianggap merupakan alasan paling ilmiah.
Gerakan yang menyebabkan rasa sakit menghasilkan kerusakan di area tertentu pada otot, tepatnya di membran serat dan elemen kontraktil pada otot. Sementara itu, senyawa kimia seperti histamin dilepaskan dari bagian yang mengalami kerusakan dan merangsang reseptor rasa sakit pada otot. Pada saat itulah, Anda mulai merasakan nikmatnya sakit di bagian tubuh yang Anda latih.
Mekanisme yang lain, kerusakan pada otot menyebabkan pembengkakan dari jaringan otot, dimana pembengkakan ini menimbulkan efek tekanan yang lumayan sehingga dapat menstimulasi reseptor rasa sakit. Tetapi, kadang pembengkakan terjadi setelah rasa sakit pada otot menghilang, dimana reseptor rasa sakit dapat mulai beradaptasi dengan pembengkakan yang terjadi.
Bagaimanapun mekanismenya, kerusakan pada otot tetap dipercaya menjadi biang keladi utama penyebab rasa sakit Anda.
What are The Solutions?
Beberapa treatment yang disarankan untuk mengatasi rasa sakit adalah stretching, pengolesan balsam, krim, gel atau obat-obatan lain, pengkompresan dengan es, perendaman dengan air hangat dan juga sauna. Menurut Anda, manakah yang paling efektif?
Seluruh treatment tersebut memang memberikan efek melegakan rasa sakit, namun sebenarnya hanya bersifat sementara atau jangka pendek saja dan tak satupun dinilai benar-benar efektif dalam jangka panjang atau bahkan menghilangkan. Penggunaan aspirin dan obat-obatan anti peradangan atau pembengkakan dipercaya dapat mengatasi, tetapi beberapa penelitian ilmiah dari efek obat-obatan tersebut dinilai masih meragukan.
Oleh karena memang tidak ada treatment yang dinilai benar-benar efektif, maka lebih difokuskan untuk bagaimana meminimalisasi dan mencegah timbulnya rasa sakit tersebut lewat program fitnes yang lebih di-”desain” secara aman sebelum mulai dilakukan
Yes, You Can Handle The Pain!
Seorang atlit pun bila mengalami rasa sakit dan kram pada otot, tidak akan dapat bertanding dengan kemampuan yang maksimal. Ini disebabkan karena kerusakan pada otot dapat menyebabkan kehilangan tenaga juga.
Program fitnes yang lebih terencana dilakukan secara perlahan-lahan, dimana meningkatkan intensitas dan durasi fitnes dalam waktu beberapa minggu dan bertahap. Otot Anda juga perlu melakukan adaptasi dengan beban angkatan. Anda lihat body builder di gym? Mereka juga pernah melakukan angkatan 5 kg seperti Anda. Proses Adaptasi ini memang agak lama, namun hal ini sangat efeltif untuk mencegah atau paling tidak meminimalisasi rasa sakit, lemas dan cidera otot.
Dalam program fitnes yang terencana, juga sebaiknya dikurangi gerakan-gerakan tidak perlu, terutama yang melibatkan aksi eccentric pada otot. Jikapun aksi eccentric pada otot tidak dapat diabaikan pada saat fitnes, maka sebaiknya Anda memberikan waktu yang cukup untuk istirahat dan pemulihan kondisi otot di tengah-tengah fitnes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar