Jakarta, Udara dingin memang membuat orang cepat lapar. Tapi udara dingin juga membuat kalori yang dibakar tubuh lebih banyak. Itulah sebabnya banyak ilmuwan percaya udara dingin bisa menurunkan berat badan.
Rasa lapar saat udara dingin dipicu oleh perubahan suhu tubuh. Ketika suhu udara lebih dingin ketimbang suhu tubuh, maka tubuh akan berusaha untuk menormalkannya.
Untuk menormalkan perubahan suhu tersebut, dibutuhkan bahan bakar atau energi yang besar berupa makanan. Karena itu, jika berada di daerah dingin tubuh akan lebih cepat membakar energi sehingga membuat orang cepat merasa lapar.
Tapi menurut pelopor diet dingin Tim Ferriss, dengan makin banyaknya energi yang dibakar sebenarnya kesempatan untuk menurunkan berat badan.
"Tubuh ingin menjaga keseimbangan, suatu homeostasis pada suhu 37 derajat Celsius. Jika Anda kedinginan maka tubuh akan melakukan segala upaya untuk kembali ke suhu 37 derajat Celsius, salah satunya dengan membakar kalori lebih banyak," jelas Tim Ferriss, penulis yang mempromosikan diet termal, dilansir ABCNews, Kamis (16/12/2010).
Menurut Ferriss yang merupakan penulis buku 'The 4-Hour Workweek' dan baru saja merilis 'The 4-Hour Body' ini, memanfaatkan musim dingin untuk menurunkan berat badan bisa menjadi salah satu contoh diet termal.
Orang dapat membakar kalori 50 persen lebih dengan mengekspos diri pada suhu di bawah titik beku, yang bisa membuat tubuh bekerja lembur.
"Sebenarnya tubuh memiliki jaringan lemak yang disebut jaringan lemak coklat (brown adipose tissue atau BAT). Udara dingin dapat memicu BAT menghasilkan panas dan membakar jaringan lemak Anda," jelas Ferriss lebih lanjut.
Tak hanya asal-asalan, anggapan Ferris juga didukung oleh ilmu pengetahuan. Salah satunya oleh Ray Cronise, mantan ilmuwan NASA. Menurutnya, temperatur lingkungan dapat mempengaruhi berat badan.
Cronise telah meneliti efek temperatur terhadap astronot dan mengatakan ada bukti bahwa temperatur dingin dapat mempercepat metabolisme tubuh seseorang.
"Dalam lingkungan yang ringan seperti 15,56 derajat Celsius, beberapa orang akan meningkatkan metabolisme sebanyak 20 persen," kata Cronise.
Namun, Dr David Katz, direktur dan pendiri Integrative Medicine Center dan profesor di Yale University mengingatkan bahwa paparan udara dingin yang ekstrem seperti mandi es, bisa menimbulkan komplikasi pada orang dengan masalah jantung atau bahkan menyebabkan aritmia jantung.
Ferriss sendiri juga mencatat dalam bukunya bahwa pembaca harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba beberapa teknik ini.
Rasa lapar saat udara dingin dipicu oleh perubahan suhu tubuh. Ketika suhu udara lebih dingin ketimbang suhu tubuh, maka tubuh akan berusaha untuk menormalkannya.
Untuk menormalkan perubahan suhu tersebut, dibutuhkan bahan bakar atau energi yang besar berupa makanan. Karena itu, jika berada di daerah dingin tubuh akan lebih cepat membakar energi sehingga membuat orang cepat merasa lapar.
Tapi menurut pelopor diet dingin Tim Ferriss, dengan makin banyaknya energi yang dibakar sebenarnya kesempatan untuk menurunkan berat badan.
"Tubuh ingin menjaga keseimbangan, suatu homeostasis pada suhu 37 derajat Celsius. Jika Anda kedinginan maka tubuh akan melakukan segala upaya untuk kembali ke suhu 37 derajat Celsius, salah satunya dengan membakar kalori lebih banyak," jelas Tim Ferriss, penulis yang mempromosikan diet termal, dilansir ABCNews, Kamis (16/12/2010).
Menurut Ferriss yang merupakan penulis buku 'The 4-Hour Workweek' dan baru saja merilis 'The 4-Hour Body' ini, memanfaatkan musim dingin untuk menurunkan berat badan bisa menjadi salah satu contoh diet termal.
Orang dapat membakar kalori 50 persen lebih dengan mengekspos diri pada suhu di bawah titik beku, yang bisa membuat tubuh bekerja lembur.
"Sebenarnya tubuh memiliki jaringan lemak yang disebut jaringan lemak coklat (brown adipose tissue atau BAT). Udara dingin dapat memicu BAT menghasilkan panas dan membakar jaringan lemak Anda," jelas Ferriss lebih lanjut.
Tak hanya asal-asalan, anggapan Ferris juga didukung oleh ilmu pengetahuan. Salah satunya oleh Ray Cronise, mantan ilmuwan NASA. Menurutnya, temperatur lingkungan dapat mempengaruhi berat badan.
Cronise telah meneliti efek temperatur terhadap astronot dan mengatakan ada bukti bahwa temperatur dingin dapat mempercepat metabolisme tubuh seseorang.
"Dalam lingkungan yang ringan seperti 15,56 derajat Celsius, beberapa orang akan meningkatkan metabolisme sebanyak 20 persen," kata Cronise.
Namun, Dr David Katz, direktur dan pendiri Integrative Medicine Center dan profesor di Yale University mengingatkan bahwa paparan udara dingin yang ekstrem seperti mandi es, bisa menimbulkan komplikasi pada orang dengan masalah jantung atau bahkan menyebabkan aritmia jantung.
Ferriss sendiri juga mencatat dalam bukunya bahwa pembaca harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba beberapa teknik ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar